Jumat, 26 Februari 2010

Anak hiperaktif berbakat menjadi pecandu narkoba?

TEMPO Interaktif, Jakarta -Bila balita Anda tidak bisa diam, kerap agresif terhadap teman-temannya, sebaiknya periksakan dia ke psikolog atau psiakiter anak. Bisa jadi dia tergolong anak yang hiperaktif atau Attention-Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD).

Hiperaktif adalah keadaaan neurologik-perilaku dengan gejala-gejala yang meliputi kurangnya perhatian, perhatiannya mudah beralih, hiperaktifitas, dan gelisah yang berlebihan. "Anak sering melakukan tindakan-tindakan yang bersifat implusif, tanpa memperhatikan situasi," ujar dokter Dharmawan A. Purnama, psikiater dan staf pengajar Universitas Tarumanegara, Jakarta, Selasa lalu.

Majalah New Scientist edisi Juni lalu menyebutkan bahwa anak hiperaktif bertindak kasar dan indispliner karena persepsi mereka tentang waktu yang tidak sempurna. Anak-anak hiperaktif waktu bergerak terlalu lambat dan membosankan.

Dharmawan mencontohkan, bila ada pelajaran di kelas, anak hiperaktif  kerap iseng berjalan-jalan di dalam kelas dan cenderung membuat onar. "Saya pernah menangani anak yang melompat ke meja tulis tempat saya praktek. Ia melakukannya tanpa berpikir."

Psikiater lulusan FKUI 2008 itu Dharmawan memperkirakan sekitar 3 -7 persen dari anak usia-sekolah dan 4 persen orang dewasa di Indonesia menderita ADHD. Dibandingkan anak perempuan, anak lelaki lebih banyak menyandang ADHD dengan perbandingan 3:1.

Biasanya, kata Dharmawan, gejala hiperaktif mulai dikenali saat usia sekolah, meski dapat didiagnosa pada semua umur. Bila dibiarkan anak akan sulit menyesuaikan diri di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari 30 persen anak dengan ADHD mengulang kelas selama setahun di sekolah. Nilai akademis dan pencapaian skor mereka di sekolah seringkali di bawah rata-rata kelas.

Bila tidak ditangani dengan baik, pada usia remajanya anak hiperaktif akan suka mencoba-coba. Penelitian menunjukkan sekitar 75 persen remaja hiperaktif tanpa pengobatan menjadi pecandu narkoba. Sedangkan yang menjalani pengobatan hanya 25 persen yang menyalahgunakan narkoba. "Kecenderungan mereka menjadi pengguna narkoba karena salah satu sifat anak hiperaktif adalah rasa ingin tahunya besar tapi impulsif," tutur Dharmawan.

        Namun, sejauh ini belum ada bukti penyebab biologis dari seorang anak menderita hiperaktif. Kebanyakan penelitian menunjukkan adanya gen hiperaktif diturunkan oleh orang tua. Bila ada riwayat keluarga yang hiperaktif, ada kemungkinan generasi selanjutnya juga hiperaktif. 

Penyebab lain adalah gangguan pada kehamilan. Ibu yang merokok, stres yang ekstrim saat hamil, atau terpapar alkohol. Penyebab lainnya adalah kekurangan oksigen ketika akan melahirkan, sehingga terjadi perlukaan otak akibat trauma. Anak-anak yang lahir prematur pun berisiko hiperaktif.

Menurut Dharmawan penanganan anak dengan hiperaktif bisa dengan pemberian obat yang mengurangi perilaku hiperaktif dan membuatnya lebih fokus. Namun obat tidak menyelesaikan masalah. Terapi perilaku juga diperlukan.

Jika penyebabnya bukan genetik biasanya pemberian obat dan terapi perilaku mulai terlihat hasilnya setelah 2-3 bulan. Namun untuk penyebab genetik bisa lebih lama, bisa setahun. Kalau penanganannya cepat biasanya gejala hiperaktif bisa hilang ketika anak mulai berusia 15-16 tahun. Pilihan untuk menghentikan obat harus dibicarakan dengan dokter, guru, anggota keluarga, dan anak yang bersangkutan. l Irvan Sjafari | www,adhd.or.id, new scientist

 

Tipe Hiperaktif

1.kehilangan konsentrasi -- biasanya terjadi pada anak perempuan

2.hiperaktif perilaku pada - kerap terjadi pada anak lelaki

3.kombinasi antara kehilangan konsentrasi dan hiperaktif perilaku - biasa terjadi pada anak lelaki

 

Tip untuk Orangtua

1. Berikan instruksi yang ringkas. Ingat, mereka sulit fokus dan cepat bosan.

2. Beri contoh berdisiplin. Kalau tidak, mereka akan menilai orangtua tidak konsisten dan hasilnya percuma. Harap diingat, mereka pintar.

 

3. Puji jika berperilaku baik, jangan selalu menghukum. Pujian membuat anak merasa dihargai.

4. Orangtua bisa melakukan latihan sederhana melalui perintah ringkas, tentukan waktu untuk aktifitasnya.

5. Olah raga permainan yang melatih konsentrasi seperti bulu tangkis, basket membantu mereka untuk fokus pada bola. Olah raga bela diri - berikut filosofi dan meditasi - melatih konsentrasi dan ketekunan untuk melalui tingkatan hingga tingkat tertinggi.

6. Permainan kecerdasan seperti menyusun puzzle dapat melatih untuk berkonsentrasi.

7.Menggurangi asupan tinggi kalori seperti coklat, sirup, dan kopi.

  

Sumber: Dharmawan.A. Purnama

http://apvclub.com/forum/index.php?topic=152.0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar