Selasa, 25 Mei 2010

Dukungan Tulus bagi Anak Berkebutuhan Khusus

KOMPAS.com - Sam Dawson adalah seorang pria penyandang autisme yang secara mandiri menjalani hidupnya dan bekerja pada sebuah kedai kopi. Menariknya, hidup Sam pun berubah saat memiliki anak. Walaupun memiliki keterbatasan, dia terus berdedikasi menjadi ayah yang baik, yang mampu membesarkan anaknya dengan upaya dan perjuangan keras.
Itulah cerita I am Sam, film keluarga yang dirilis tahun 2001 dan dibintangi Sean Penn, aktor kawakan Amerika. Ceritanya mampu menggambarkan bagaimana seorang penyandang autisme hidup berdampingan dengan masyarakat bahkan mampu bersosialisasi. Anak autisme atau berkebutuhan khusus, bisa mandiri apabila orang-orang di sekitarnya mau menerima dan mendukungnya.

Definisi
Menurut situs Yayasan Autisme Indonesia, autisme bukanlah penyakit, tapi merupakan gangguan perkembangan kompleks yang gejalanya harus sudah muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Gangguan neurologi pervasif ini terjadi pada aspek neurobiologis otak dan memengaruhi proses perkembangan anak. Akibatnya, anak tidak dapat otomatis belajar berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dia seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
Dari tahun ke tahun, jumlah anak penyandang autisme terus bertambah di dunia. Tidak pandangan suku, ras, etnis, kelompok masyarakat, dan perbedaan fisik, autisme bisa terjadi pada siapa pun. Seperti informasi dari situs Autismworld, diperkirakan setiap hari ada 50 anak yang terdiagnosa autisme. Penyandangnya lebih banyak laki-laki dibanding anak perempuan dengan perbandingan 4:1.

Deteksi Autisme
Observasi perilaku bisa mulai dilakukan saat anak-anak masih berusia dini di bawah umur tiga tahun atau saat bayi sekalipun. Biasanya, para orangtua mulai merasakan ada kejanggalan dibandingkan anak-anak seumurnya. Danny Tania, Program Manager & Acting Principal Linguistic Council, memaparkan bahwa untuk membantu mendeteksi anak mengalami autisme atau tidak, bisa dilihat dari sensory processing disorders, baik berupa over sensitive atau under sensitive.
Anak-anak penyandang autisme umumnya mengalami suatu hambatan dan kerusakan fungsi bagaimana mereka memroses panca indera dari lingkungan sekitar. Akibatnya, anak penyandang autisme cenderung bersikap aneh, misalnya menarik diri, cuek, marah-marah, atau impulsif.

Langkah Tepat
Oleh karena itu, kemampuan orangtua dalam mendeteksi dini akan memberikan pengaruh yang amat bermakna bagi masa depan anak penyandang autisme. Pasalnya, tanggung jawab terbesar dan ikatan emosional dalam membesarkan anak ada di tangan mereka.
Di sinilah, orangtua memerlukan observasi akurat dan perlu melibatkan para pakar di masing-masing bidangnya. Danny menyarankan ada tiga jenis pakar yang sudah berpengalaman dalam menangani anak berkebutuhan khusus seperti autisme, yakni psikolog klinik dengan spesialisasi tumbuh kembang anak, pediatric neurologist dan terapis okupasi.
Orangtua dapat berperan sebagai asisten guru atau asisten sang psikolog. Bahkan saat pembuatan Individualize Education Plan (IEP), mereka bisa memberikan informasi penting untuk anaknya dalam tahap usia tertentu.
Untuk membantu mengasah kemampuan orangtua, mereka dapat mengikuti program pelatihan dan pendidikan kebutuhan khusus yang tersedia di Linguistic Council. Di lembaga ini, tidak hanya para orangtua, tapi guru dan pemerhati bisa mendapatkan keterampilan khusus dan pemahaman yang tepat tentang bagaimana mendeteksi, mengajar, serta membantu anak-anak berkebutuhan khusus. Contohnya autisme, disleksia, ADD/ADHD, dipraksia, atau anak-anak dengan learning difficulties.
"Jangan jauhi anak-anak berkebutuhan khusus, namun dukung mereka agar kelak dapat mandiri, menyesuaikan diri dengan orang-orang dan lingkungan sekitar. Di samping itu, juga dapat memaksimalkan potensinya dan menyumbangkan kemampuannya kepada masyarakat, dalam arti sudah bisa bekerja," ujar Danny menutup pembicaraan.
Sumber : http://female.kompas.com/read/xml/2010/04/07/09511175/Dukungan.Tulus.bagi.Anak.Berkebutuhan.Khusus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar