Sabtu, 27 Februari 2010

Menghadapi Anak Hiperaktif dalam Kelas

Anak hiperaktif secara klinis berbeda dengan anak yang tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama. Anak hiperaktif sering memiliki perasaan seperti orang yang terkurung dalam kamar dengan televisi, radio, stereo sistem, dan dua mesin penyedot debu yang semuanya dinyalakan secara maksimal dalam waktu bersamaan. Anda bisa bayangkan betapa berisiknya? di dalam sebuah kelas sering menjadi "terlalu berisik" bagi anak hiperaktif.

Anak hiperaktif tidak dapat memilah dan memusatkan pikiran pada satu hal pada satu saat. Mereka cenderung terus menerus bergerak baik secara mental maupun fisik. Karena anak hiperaktif tidak dapat duduk diam, tidak dapat mendengarkan, atau bahkan tidak dapat mengerjakan suatu pekerjaan dalam jangka waktu yang lama, maka mereka mengalihkan perhatian dari satu hal ke hal yang lain dan seringkali mengganggu anak-anak lain pada saat yang sama.

Anak hiperaktif membutuhkan kasih dan kesabaran khusus dari Anda. Anak-anak ini seringkali memerlukan bimbingan dan perhatian ekstra dari para orang dewasa di sekitarnya. Jadi, sangatlah bijaksana jika ada pembimbing tambahan ketika anak hiperaktif menjadi bagian dari kelas Anda. Carilah orang yang baik dan penyayang yang akan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan khusus anak tersebut.

Bantulah anak hiperaktif untuk memilih terutama aktivitas- aktivitas yang tenang sehingga dapat menolong mengumpulkan energi mereka di satu tempat. Anak hiperaktif akan berfungsi paling baik jika ia melakukan aktivitas yang paling minimum gangguannya dan yang bisa memusatkan perhatian mereka.

Jangan lupa untuk memperhatikan juga kebutuhan anak-anak lainnya pada saat yang sama. Anda tidak bisa membiarkan seseorang atau beberapa anak mengganggu anak-anak lainnya untuk hal-hal yang tidak perlu atau membuat kekacauan di kelas.

Berbicara secara pribadi, dengan sikap yang penuh kasih dan pengertian, kepada orangtua si anak hiperaktif. Dapatkan informasi langsung dari orang-orang terdekat tentang cara-cara paling efektif untuk merawat anak mereka. Orangtua akan sangat menghargai perhatian Anda terhadap keadaan anak tersebut. Karena orangtua mengenal anaknya lebih baik dibandingkan dengan orang lain, maka mereka pasti dapat memberikan saran bagaimana mengadakan pendekatan yang sudah terbukti dapat membantu.

Sumber : http://www.sabda.org/pepak/menghadapi_anak_hiperaktif_dalam_kelas

Tokoh Besar Muncul dari Anak Hiperaktif

oleh : gnegus    

Perilaku hiperaktif atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) sering dikaitkan dengan kenakalan. Namun di balik penyakit tersebut ada potensi kreatif yang luar biasa. Beberapa tokoh ternama di dunia yang sejak kecilnya punya penyakit itu terbukti menjadi orang sukses saat dewasa.

Penyakit ADHD sering dihubungkan dengan sifat nakal, tidak mau diam, tidak bisa fokus dan lainnya. Menurut para pakar, satu dari 11 anak-anak berisiko menderita ADHD.

Namun Prof Michael Fitzgerald dari Trinity College, Dublin percaya bahwa seorang anak yang memiliki penyakit ADHD, suatu hari bisa menjadi orang sukses jika diarahkan dengan baik.

Seperti dikutip dari Telegraph, beberapa tokoh besar dunia yang sewaktu kecilnya memiliki penyakit ADHD seperti Lord Byron, Sir Walter Raleigh dan Kurt Cobain terbukti menjadi orang yang kreatif.

Lord Byron adalah seorang penyair Inggris yang juga berperan dalam kemerdekaan Yunani. Pada tahun 1823, ia mengumpulkan tentara untuk membantu bangsa Yunani merebut kemerdekaan dari Turki Utsmani. Ketika kembali pada tahun 1892, ia menerbitkan syair Childe Harold yang melukiskan petualangannya.

Sementara itu Sir Walter Raleigh adalah seorang penulis, penyair, dan penjelajah berkebangsaan Inggris. Ia berperan merintis jalan bagi kolonisasi Britania Raya di Amerika Utara pada akhir abad ke-16. Dan Kurt Donald Cobain adalah seorang penyanyi, penulis lagu dan gitaris dalam band grunge dari Seattle, Nirvana.

Penyakit ADHD yang mereka derita sejak kecil ternyata menyumbangkan kreativitas yang besar saat dewasa, terutama dalam meningkatkan kemampuan otak kanannya. Prof Fitzgerald rencananya akan membahas hubungan antara ADHD dan kreativitas dalam Royal College of Psychiatrists’ Faculty of Academic Psychiatry at Keele University.

ADHD adalah penyakit kelainan otak dimana otak tidak dapat memproduksi bahan kimia tertentu yang berfungsi untuk mengorganisasikan pikiran-pikirannya. Tanpa adanya bahan kimia tersebut maka proses pengorganisasian di otak tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dan inilah yang membuat gejala ADHD pada anak-anak.

Gejala ADHD umumnya yaitu sulit menerima sebuah perintah, sulit memusatkan perhatian terhadap suatu bentuk pekerjaan di rumah atau di sekolah, mudah kehilangan barang yang dimilikinya, terlihat mengucilkan diri seakan sulit untuk bersosialisasi, pelupa, sering resah atau gelisah, suka berlarian atau memanjat secara tidak terduga, menjawab pertanyaan tanpa dipikir terlebih dahulu atau ceplas-ceplos, tidak dapat duduk dengan diam, terlalu banyak bicara dan lainnya.

 

Sumber : http://id.shvoong.com/medicine-and-health/bioengineering/1971308-tokoh-besar-muncul-dari-anak/

 

Anak Hiperaktif Bisa Jadi Akibat Kurang Tidur

Tidur siang pada anak-anak ternyata tak cuma bermanfaat terhadap kebugaran saja. Penelitian menunjukkan anak yang jarang tidur siang cenderung bermasalah dalam menjalankan fungsi psikososialnya.

Hal itu merupakan kesimpulan dari peneliti yang dipresentasikan dalam SLEEP 2009, pertemuan tahunan dari Associated Professional Sleep Societies yang berlangsung di Seattle, AS, pekan lalu.

Psikososial bisa didefinisikan sebagai hal yang berhubungan dengan kejiwaan dan sosial. Kejiwaan tentu saja berasal dari dalam diri, sedangkan aspek sosial berasal dari luar. Kedua aspek ini sangat berpengaruh dalam masa pertumbuhan anak.

Dalam penelitiannya, para ahli dari Pennsylvania State University meneliti dampak dari tidur siang pada 62 anak, di mana 23 persennya jarang tidur siang.

Secara umum waktu tidur dua kelompok ini dalam 24 jam memang tidak banyak berbeda, tetapi uji perilaku yang dilakukan menunjukkan anak yang jarang tidur siang lebih banyak yang mengalami gangguan perilaku seperti hiperaktif dan depresi.

"Hasil dari studi ini adalah adanya hubungan antara dua hal. Kami tidak bisa membuat kesimpulan sebab akibat. Jadi tidak bisa dikatakan anak yang hiperaktif dan sulit diatur disebabkan karena mereka tidak tidur siang. Masih dibutuhkan penelitian lanjutan," kata Dr.Brian Crosby, salah seorang peneliti.

Meski demikian, Crosby mengungkapkan bahwa tidur siang sangat penting pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Sayangnya, kebanyakan anak berusia di atas 4 tahun mulai jarang tidur siang.

 Kurangnya waktu tidur siang anak disebabkan karena berbagai hal, seperti padatnya aktivitas anak sepulang sekolah atau memang dilarang orangtuanya karena banyak anak yang tidur siang justru sulit tidur di waktu malam.

 

KOMPAS.com

 

Sumber ; http://www.ahliwasir.com/news/576/Anak-Hiperaktif-Bisa-Jadi-Akibat-Kurang-Tidur

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ALTERNATIF UNTUK ANAK HIPERAKTIF

Gejala hiperaktivitas ternyata terapinya bervariasi, mulai dari penggunaan obat modern hingga terapi yang bersifat tradisional. Obat-obatan dapat menyebabkan kecanduan. Karenanya, terapi alternatif pun dimanfaatkan.

 

Bagai ember yang bocor, perhatian dan kasih sayang untuk anak dengan ADHD harus terus-menerus diberikan.

 

Wawan (4) tidak pernah bisa duduk diam di sanggar. Setiap kali, ia hanya betah duduk selama 5 menit, kemudian beralih ke kegiatan lain, misalnya mencoret-coret dinding dengan krayon. Sejenak asyik, ia pun pindah ke tempat mainan. Tak lebih dari 10 menit, ia pasti sudah pindah ke aktivitas lain lagi. Setiap kali pembimbing berusaha menenangkan dia, misal dengan memeluknya, ia selalu memberontak.

 

Gangguan pemusatan perhatian disertai gejala hiperaktivitas motorik yang dikenal sebagai Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD) ini menjangkiti 3% - 5% anak berusia 4 - 14 tahun. Gejalanya, anak tidak mampu memusatkan perhatian (konsentrasi) pada satu tugas tertentu. Selalu gelisah dan tidak bisa duduk dengan tenang.

 

Penyebabnya, menurut para ahli, adanya kerusakan kecil pada sistem saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Anak hiperaktif bergerak ke sana kemari tak terarah, tak sesuai dengan situasi yang dihadapi. Mereka pun kerap gagal menyelesaikan tugas.

 

Beberapa faktor diduga dapat menyebabkan gangguan ini. Antara lain, temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, epilepsi. Juga kondisi gangguan di kepala, seperti gegar otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau kepala pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan. Gangguan ini tak kentara karena anak tidak mengeluh sakit, walau sebetulnya telah terjadi gangguan pada susunan saraf pusat.

 

 

Jangan buru-buru memvonis

 

Sayangnya, orang tua sering salah menduga, anaknya umur dua tahun yang memang lagi senang-senangnya bergerak dan sulit duduk diam, divonisnya "hiperaktif". Padahal ciri-ciri hiperaktif baru terdeteksi setelah anak setidaknya berusia empat tahun atau usia awal sekolah.

 

Apa yang dilakukan tidak satu pun diselesaikan. Anak cepat sekali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Kadang perkembangan motorik dan bahasanya juga terlambat. Ia mudah terangsang, perhatiannya gampang teralihkan, tak tahan frustrasi, dan kurang dapat mengontrol diri. Yang terakhir ini lantaran mudahnya ia terangsang, di samping memang impulsif. Tuntutannya harus segera dipenuhi. Suasana hatinya amat labil. Beberapa menit terlihat gembira, mendadak marah-marah dan ngambek.

 

Ciri lainnya, ia tak mampu mengontrol gerakan. Duduk tak tenang, bergoyang-goyang, atau merosot hingga terjatuh dari tempat duduk. Sepertinya ia tak kenal lelah, seakan energinya digerakkan oleh mesin. Kalau anak lain diam karena capek sehabis berlarian, ia paling cuma minum lalu bergerak lagi. Mulutnya tak pernah diam, terus saja berkicau. Ia tak sabar menunggu giliran, sehingga senang menyerobot, dan bicaranya terburu-buru. Daya konsentrasinya rendah dan seolah-olah tak mau mendengarkan perkataan orang tua. Malahan matanya seperti tak memperhatikan lawan bicaranya.

 

Kalaupun ciri-ciri di atas ada pada anak, sebaiknya jangan dulu buru-buru memvonis dia hiperaktif. Amati perkembangannya dan bandingkan dengan anak sebayanya. Andaikata sampai enam bulan ia masih menunjukkan tanda-tanda itu, baru berkonsultasi dengan psikolog anak. Jangan didiamkan karena bisa berlanjut hingga dewasa. Bisa-bisa nantinya ia menemukan masalah dalam pekerjaan, gara-gara cepat bosan, jenuh, pencemas, tidak pernah menyelesaikan tugas, dan antisosial.

 

 

Obat bukan satu-satunya

 

Penanggulangan kasus gangguan pemusatan perhatian pada anak memang berbeda-beda. Tergantung berat-ringannya. Yang ringan dapat ditangani melalui bimbingan dan penyuluhan kepada orang tua dan pendidikan khusus untuk memperbaiki perilaku anak. Terapi psikologis dibutuhkan juga untuk mengatasi stres dan berbagai konfliknya, yang biasanya berkaitan dengan hubungan sosial.

 

Namun bila cukup parah, pemberian obat diperlukan juga agar anak mampu berkonsentrasi dan menyelesaikan tugas dengan baik. Meski para ahli umumnya tak menyarankan obat-obatan sebagai terapi tunggal. Obat stimulan saraf yang umumnya diberikan pada anak hiperaktif, antara lain metilfenidat, dekstro-amfetamin, dan pemolin-magnesium. Hasilnya, anak pun bisa tenang dan berkonsentrasi selama beberapa jam.

 

Sayang, walaupun efektif, obat memiliki efek sampingan yang merugikan. Timbul kantuk, nafsu makan berkurang, atau sebaliknya sulit tidur, tic (semacam kedutan), nyeri perut, sakit kepala, cemas, perasaan tidak nyaman, serta kreativitasnya terhambat. Dalam jangka panjang semua ini bisa memberikan efek negatif terhadap sistem saraf, yakni menyebabkan kecanduan/ketergantungan obat, bahkan sampai ia dewasa.

 

Perkembangan jiwa anak pun ikut mempengaruhi munculnya perilaku adiktif. Kecenderungan adiksi ini bisa dikenali pada enam tahun pertama. Kita bisa mengamati anak-anak balita kita lewat sikap, karakter, dan tingkah lakunya, terutama yang menunjukkan gejala hiperaktivitas. Termasuk, tidak ada salahnya mewaspadai ancaman narkoba sejak anak balita.

 

Untuk menghindari efek negatif obat, pelbagai terapi lain bisa dijadikan alternatif. Keefektifan masing-masing terapi berbeda-beda.

 

 

Diet modifikasi

 

Diet ini didasari oleh penelitian Ben Feingold, seorang ahli alergi, pada 1960. Lima puluh persen anak dengan ADHD yang ditanganinya "membaik" setelah menjalani diet tanpa makanan pencetus alergi. Yaitu makanan yang mengandung salisilat alami, seperti jeruk, apel, aprikot, beri, anggur. Juga makanan yang mengandung zat tambahan buatan, seperti pengawet, pemanis, pewarna, penyedap (MSG, monosodium glutamat). Jelas, diet ini mengharuskan perubahan pola makan anak dan keluarga. Jadi, perlu perhatian khusus dari ibu dalam memasak dan menyajikan makanan.

 

Setelah menjalankan diet ketat beberapa lama, makanan yang dicurigai sebagai pencetus alergi dapat diberikan kembali satu per satu ke dalam menu. Jika muncul perubahan tingkah laku pada anak, misal menjadi hiperaktif kembali, makanan itu jangan lagi diberikan.

 

Menurut Gerard Olarsch, ND, hiperaktivitas dapat juga gara-gara kekurangan mineral tertentu. Gejalanya, anak punya keinginan berlebihan untuk makan makanan manis atau asin. Zat mineral yang diduga berhubungan dengan ADHD, antara lain DMG (dimetilglisin), enzim, asam lemak, zat besi, magnesium, dan seng. Makanya, pemberian suplemen vitamin dan mineral akan sangat membantu kemajuan si anak.

 

Olahraga menyedot energi

 

Anak hiperaktif menyimpan energi berlebihan. Untuk lebih menyalurkan energinya, ajaklah dia berolahraga atau bertamasya ke alam terbuka, semisal kebun binatang, taman bermain. Di sana ia bisa bebas bermain, memanjat, dan berlari sesuka hati. Intinya, lakukan aktivitas yang menyenangkan dirinya. Hati-hati mengajaknya ke pusat perbelanjaan, karena begitu dibiarkan sendirian, ia akan pergi ke mana pun dia suka.

 

Jika bermain di rumah, ajaklah ia melakukan permainan yang membutuhkan konsentrasi, seperti menyusun puzzle, berkebun, atau memelihara binatang. Libatkan anak dalam banyak kegiatan sepulang sekolah, misal belajar musik, berenang, tenis, karate, dll. Tentu saja tanpa melupakan bakat dan kemampuan fisiknya.

 

Warna mendinginkan otak

 

Sekadar sebagai pendamping, terapi ini menyarankan agar anak hiperaktif dipaparkan pada warna-warna "mendinginkan" atau agak gelap. Efeknya akan menenangkan otaknya.

 

Warna-warna itu bisa ditempatkan di kamar, berupa warna dinding, pintu, perabot, baju, lampu, dsb. Warnanya bisa hijau, biru muda, ungu, atau biru tua. Hindari warna terang dan "panas", semisal merah, kuning, oranye karena justru merangsang otaknya untuk beraktivitas.

 

Biofeedback relatif masih baru.

 

Meski biofeedback dikenal sejak 25 tahun silam, penerapannya pada anak hiperaktif relatif baru. Dasarnya, anak ADHD menghasilkan gelombang teta berlebihan tapi tidak cukup menghasilkan gelombang beta. Gelombang teta berkaitan dengan melamun atau mimpi di tengah hari, sementara gelombang beta berhubungan dengan konsentrasi. Biofeedback membuat anak mengurangi produksi gelombang teta dan menghasilkan banyak gelombang beta, sehingga kemampuan fokus dan konsentrasinya meningkat. Menurut penelitian Steven W. Lee dari Universitas Kansas, biofeedback dapat mengurangi gejala yang berhubungan dengan hiperaktivitas.

 

Lewat layar video yang menampilkan beragam tantangan, seperti video game, biofeedback menarik bagi anak. Ada warna terang, musik yang memberi umpan balik langsung. Ada pula hadiah yang akan diberikan jika anak bisa menyelesaikannya dengan baik.

 

Pada salah satu versi terapi, selama anak memproduksi gelombang beta, warna terang bertambah pada roda disertai dengan musik yang meningkat nadanya. Versi lainnya, pada layar video anak harus mempertahankan kapal terbang agar tidak melewati garis-garis tertentu (ketika memproduksi gelombang beta), agar lampu merah tetap tidak menyala. Untuk terapi ini, umumnya anak akan menjalani 30 - 50 pertemuan, per satu atau dua minggu sekali. Setiap pertemuan berlangsung satu jam.

 

Obat dibuat khusus

 

Homeopati lain lagi cara kerjanya. Terapi yang berkembang sejak abad ke-18 ini merupakan sistem pengobatan untuk menyeimbangkan fisik, mental, juga emosi. Praktisi homeopati memberikan obat khusus untuk masing-masing orang dengan gejala berbeda-beda. Obatnya berupa campuran bahan dari hewan, tumbuhan, dan mineral berbentuk larutan pekat. Jadi, satu obat tidak sama untuk setiap orang, walaupun diagnosisnya sama. Karena diracik khusus untuk tiap pasien, menurut dokter naturopati Judyth Reichenberg-Ullman, ND, MSW, dan Robert Ullman, ND, obat untuk gejala ADD/ADHD juga dapat menyembuhkan gejala lain, seperti infeksi telinga dan sakit kepala.

 

Pulihkan energi yang "dicuri"

Pengobatan tradisional Cina merupakan yang tertua di dunia dan masih bertahan sampai sekarang. Prinsipnya berdasarkan harmonisasi tubuh dengan alam dan aliran dari energi vital (qi/chi) ke seluruh tubuh.

 

Ada dua hal penyebab ADD, yaitu faktor genetik dan gangguan fungsi hati. Bila diakibatkan gangguan fungsi hati, organ hatinya secara fisik baik, hanya hubungan "energi"-nya dengan organ tubuh lain yang tidak seimbang. Karena energi organ hati sangat kuat, ia "mencuri" tambahan energi dari paru-paru dan ginjal. Kedua organ itu menjadi terlalu lemah untuk membuat kerja hati tetap terkontrol.

 

Gaya hidup masa kini dengan kadar stres tinggi membuat ADHD sulit dikontrol. Diet anak perlu diperhatikan, khususnya dari titik pusat energi. Beberapa makanan dapat membawa energi yang memicu kerja hati sehingga menjauhi keseimbangan.

 

Hindari makanan junkfood, bukan semata-mata alasan kesehatan, tetapi karena makanan itu meningkatkan "panas" dalam organ hati. Goreng-gorengan, bumbu, dan makanan panggang juga memberikan efek serupa. Karena itu, anak harus banyak makan sayuran hijau, karena dapat membantu mendinginkan/menurunkan "panas" dalam hati. Juga minum sari buah (jus) semangka dan, sebisa mungkin, hindari makan daging.

 

Menghindari situasi/kejadian yang merangsang anak, juga akan membantu. Medan listrik yang dibangkitkan dari permainan di komputer, tidak baik bagi anak ADHD.

 

Ajaklah anak beraktivitas menenangkan, seperti berenang, tai chi, yoga, dan meditasi. Akupunktur, akupresur, dan jamu-jamuan bisa memberi efek melegakan. Jika anak diberi obat, perhatikan bagian perut (lambung). Banyak anak ADHD kehilangan nafsu makan atau berat badan meningkat di kemudian hari, akibat fungsi energi lambung tidak seimbang.

 

Perbaiki jalur pendengaran

 

Kebanyakan anak ADHD juga memiliki masalah pendengaran. Bisa mendengar, tetapi kesulitan mengerti apa yang didengarnya. Karena telinga dan otak tidak bekerja efisien dalam memproses suara. Ada kesulitan memilih suara dari banyak sumber suara yang ada. Juga kesulitan memusatkan pendengaran pada suara tertentu. Misal, seharusnya mendengar suara gurunya, ia malahan tertarik dengan bunyi klakson mobil di luar ruangan kelas. Akibatnya, ia sulit berkonsentrasi pada suatu hal beberapa saat. Anak menjadi terganggu oleh semua bunyi di sekitarnya.

 

Terapi suara memulihkan kapasitas pendengaran/penerimaan suara, sehingga anak dapat belajar terfokus dan menangkap suara yang diinginkan langsung ke pusat bahasa di otak.

 

Masalah persepsi suara disebabkan oleh "penutupan" pendengaran untuk beberapa frekuensi suara. Otot telinga menjadi "malas" dan tidak tanggap. Karena itu, perlu distimulasi dan dilatih agar mencapai kapasitas normal untuk memperbaiki pendengaran dan mengorganisasikan transmisi pendengaran dalam otak. Proses ini akan mengurangi stres dan ketegangan saraf. Anak akan dapat mengikuti mana suara yang diinginkan.

 

Pada terapi suara, anak harus mendengarkan kaset khusus (musik) setiap hari selama 30 - 60 menit. Jika anak sulit untuk duduk diam, kaset dapat diperdengarkan ketika anak tidur. Hasil efektif umumnya terlihat setelah 100 jam pascaterapi. Aktivitas fisiknya akan tampak menurun sementara daya konsentrasinya meningkat. (Femi Olivia/pengamat masalah anak).

 

Sumber : http://k34437h.multiply.com/journal/item/980/ALTERNATIF_UNTUK_ANAK_HIPERAKTIF

Pengertian Autisma /Autisme

Autisma/Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang Autisma/Autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah Autisma/Autisme baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau ( Handojo, 2003 ).

 

Kartono (2000) berpendapat bahwa Autisma/Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar keasyikan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.

 

Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autis memiliki ciri-ciri yaitu penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil atau bayi, misalnya dengan tidak memberikan respon ( tersenyum, dan sebagainya ), bila di ‘liling’, diberi makanan dan sebagainya, serta seperti tidak menaruh perhatian terhadap lingkungan sekitar, tidak mau atau sangat sedikit berbicara, hanya mau mengatakan ya atau tidak, atau ucapan-ucapan lain yang tidak jelas, tidak suka dengan stimuli pendengaran ( mendengarkan suara orang tua pun menangis ), senang melakukan stimulasi diri, memukul-mukul kepala atau gerakan-gerakan aneh lain, kadang-kadang terampil memanipulasikan obyek, namun sulit menangkap atau

 

Kartono (1989) berpendapat bahwa Autisma/Autisme adalah cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas, oleh karena itu menurut Faisal Yatim (2003), penyandang akan berbuat semaunya sendiri, baik cara berpikir maupun berperilaku.

 

Autisma/Autisme adalah gangguan yang parah pada kemampuan komunikasi yang berkepanjangan yang tampak pada usia tiga tahun pertama, ketidakmampuan berkomunikasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain (Sarwindah, 2002).

 

Yuniar (2002) menambahkan bahwa Autisma/Autisme adalah gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit untuk mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat. Autisma/Autisme berlanjut sampai dewasa bila tak dilakukan upaya penyembuhan dan gejala-gejalanya sudah terlihat sebelum usia tiga tahun.

 

Yuniar (2002) mengatakan bahwa Autisma/Autisme tidak pandang bulu, penyandangnya tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan penyandang Autisma/Autisme ialah 4 : 1.

 

Dari keterangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Autisma/Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan

 

Sumber : http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/12/13/pengertian-autisma-autisme/

Tips Bepergian dengan Anak Autis

KOMPAS.com — Anak penderita autisme menyukai hal-hal yang rutin dan terstruktur. Karena itu, bepergian berarti mengganggu rutinitas mereka. Tak heran bila banyak orangtua yang memiliki anak autis menghindari acara bepergian. Padahal, dengan tips berikut, orangtua tetap bisa mengajak anak autis melakukan perjalanan jauh untuk liburan.

 

1. Jelaskan tempat tujuan

Sebelum bepergian, jelaskan kepada anak tentang tempat tujuan yang akan didatangi. Demikian saran dari Daniel Openden, Direktur Southwest Autism Research and Resource Center, Phoenix, AS. "Tunjukkan foto atau film mengenai lokasi yang akan dikunjungi. Ceritakan pula alasan datang ke tempat tersebut dan kegiatan yang akan dilakukan di sana," katanya.

 

2. Bepergian dengan pesawat

Jelaskan kepada awak pesawat mengenai kondisi anak Anda. Untuk mengusir rasa bosan di dalam pesawat, siapkan buku atau mainan untuk anak. Bawalah permen, terutama bila Anak tidak bisa berkomunikasi verbal dan tidak bisa mengungkapkan bila telinganya berdengung.

 

3. Menginap

Berencana untuk menginap di hotel selama liburan? Anda bisa mulai mengajarkan anak untuk menginap di tempat lain, bisa di rumah kerabat atau hotel di kota untuk satu malam agar anak terbiasa dengan suasana tidur yang lain. Agar anak tidak terlalu "kaget" dengan suasana baru, bawalah bantal atau selimut yang biasa dipakainya.

 

4. Keamanan

Untuk berjaga-jaga, kenakan tanda pengenal yang berisi data diri dan nomor telepon Anda. Bawalah juga foto anak untuk ditunjukkan pada polisi bila si kecil terpisah dari Anda.

 

5. Sesuaikan minat anak

Agar si kecil menikmati perjalanannya, ajak ia mengunjungi tempat-tempat yang sesuai dengan minatnya. Misalnya ke Sea World bila ia tertarik pada hewan laut atau ke kolam renang bila ia suka berenang. Hindari jadwal yang terlalu padat, luangkan waktu agar anak bisa bermain-main di kamar hotel agar si kecil tak terlalu lelah.

 

Sumber : http://kesehatan.kompas.com/read/2010/02/26/10314052/Tips.Bepergian.dengan.Anak.Autis

Terapi dan Pendampingan Anak Hiperaktif

Sistem Pendidikan Anak Luar Biasa

 

Sistem Pendidikan Anak Luar Biasa :

1. Sistem Pendidikan Segregasi

2. Sistem Pendidikan Integrasi

 

Pengertian Sistem Pendidikan Segregasi

Sistem pendidikan dimana anak berkelainan terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Penyelengggaraan sistem pendidikan segregasi dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal

 

Keuntungan :

Rasa ketenangan pada anak luar biasa

Komunikasi yang mudah dan lancar

Metode pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak

Guru dengan latar belakang pendidikan luar biasa

Mudahnya kerjasama dengan multidisipliner

Sarana dan prasarana yang sesuai

 

Kelemahan:

Sosialisasi terbatas

Penyelenggaraan pendidikan yang relatif mahal

 

Bentuk-bentuk Sistem Pendidikan Segregasi

1. Sekolah Luar Biasa

2. Sekolah Dasar Luar Biasa

3. Kelas Jauh/Kelas Kunjung

4. Sekolah berasrama

5. Hospital School

 

Tujuan Umum

Pendidikan integrasi bagi siswa luar biasa bertujuan memberikan pendidikan yang memungkinkan anak luar biasa memperoleh kesempatan mengikuti proses pendidikan bersama dengan siswa normal agar dapat mengembangkan diri secara optimal

 

Tujuan Khusus

Memperluas kesempatan belajar siswa luar biasa

Mempercepat proses penyesuaian anak luar biasa dengan anak normal dalam berbagai situasi

Meningkatkan pemahaman terhadap anak luar biasa

Memberi kesempatan lebih banyak lagi bagi anak luar biasa untuk mengembangkan bakat, minat dan kemampuan

Memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi anak luar biasa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

 

Keuntungan Sistem Pendidikan Integrasi

1. Keuntungan bagi anak luar biasa

2. Keuntungan bagi orang tua

3. Keuntungan bagi anak normal

 

Keuntungan bagi anak luar biasa

1. Merasa diakui kesamaan haknya dengan anak normal terutama dalam memperoleh pendidikan formal

2. Dapat mengembangkan bakat, minta dan kemampuan secara optimal

3. Lebih banyak mengenal kehidupan orang normal

4. Mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

5. Harga diri anak luar biasa meningkat

6. Dapat menumbuhkan motivasi belajar

7. Menumbuhkan rasa percaya diri

 

Keuntungan bagi orang tua

1. Orang tua merasa bangga

2. Orang tua akan merasa sangat terbantu dalam usaha mengembangkan kemampuan, bakat dan minta anaknya agar kelak dapat hidup mandiri

 

Keuntungan bagi anak normal

1. Dapat lebih mengenal dan memahami anak luar biasa

2. Kehadiran anak luar bisa dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya

3. Mengembangkan rasa solidaritas

 

Sumber : http://teguhekosaputro.wordpress.com/2007/12/03/9/

Terapi dan Pendampingan Anak Hiperaktif

Hiperaktif merupakan gangguan perilaku yang menyebabkan seorang anak sulit memusatkan perhatian. Penyebab gangguan tersebut sampai sekarang belum diketahui. Namun, kemungkinan dapat pula terjadi dan berkaitan dengan paparan efek global.

 ANAK ADHD atau anak yang mengalami attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak yang mengalami gangguan perilaku yang ditandai dengan inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Gangguan ini bersifat persisten (menetap) dan dapat muncul pada usia 5-6 tahun, manakala ia mulai memasuki jenjang pendidikan formal.

Bagaimanakah ciri anak ADHD? Bagaimana pula penanganan dan pendampingannya? Bagaimana pula kasus-kasus ini terjadi di Indonesia, khususnya Kota Bandung? Jawaban atas pertanyaan tersebut terjawab dalam seminar "Deteksi dan Penanganan anak ADHD" yang diselenggarakan RS Al Islam (RSAI) Bandung, belum lama ini.

Terus meningkat

 Jumlah anak penderita hiperaktif di Kota Bandung terus meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari angka kunjungan pasien yang masuk ke Poliklinik Tumbuh Kembang Anak RS Al Islam Bandung. Wadir Bidang Medik & Keperawatan RS Al Islam Bandung dr. Rita Herawati, Sp.Pk., tahun 2006 RSAI menerima pasien 31 orang. Akan tetapi, tahun berikutnya meningkat menjadi 40 orang.

Di beberapa negara lain, jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif.

"Untuk Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, bila melihat angka kunjungan ke Poliklinik Tumbuh Kembang RS Al Islam, anak hiperaktif cenderung meningkat," ujar Rita di hadapan peserta seminar.

 Hiperaktif merupakan gangguan perilaku yang menyebabkan seorang anak sulit memusatkan perhatian. Penyebab gangguan tersebut sampai sekarang belum diketahui. Namun, kemungkinan dapat pula terjadi dan berkaitan dengan paparan efek global yang berupa racun-racun, kadar polutan dan timbal yang terus meningkat, makanan berwarna, dan virus-virus yang tidak terdeteksi selama kehamilan ataupun pascakehamilan.

 Gangguan tersebut menurut Rita bersifat organik (menetap) karena organ tubuh yang diserangnya adalah otak. Bahkan, ia beberapa ahli menyebutkan, hiperaktif merupakan penyakit degenartif (bawaan) sejak lahir. "Bila salah satu keluarga ada yang hiperaktif, turunan keluarga berikutnya terdapat pula anak yang hiperaktif," ujarnya.

 Penderita hiperaktif, kata Rita, tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Akan tetapi, yang semestinya dilakukan bagaimana si penderita tersebut diadaptasikan sedemikian rupa sesuai dengan energi yang dimilikinya. Karena pada umumnya, anak-anak hiperaktif mempunyai energi yang berlebih sehingga ia tidak dapat fokus pada satu hal.

 Proses penyembuhan anak hiperaktif memerlukan keterlibatan berbagai disiplin ilmu dan para ahli, seperti dokter anak, psikolog, ahli terapi wicara, ahli saraf anak, dan rekam medik. Pada prosesnya, penyembuhan anak hiperaktif harus melibatkan anak, orang tua, guru, dokter, dan tim ahli yang menangani.

 Dapat terdeteksi

 Anak penderita ADHD dapat terdeteksi pada saat usia anak 5-6 tahun. Ketika anak sudah mulai memasuki wilayah sosial, sekolah misalnya, aktivitasnya yang berlebih tampak lebih menonjol dibandingkan dengan anak yang lain.

 Anak ADHD dapat teridentifikasi dari tiga ciri, inatensi, hipersensitif, dan impulsif. Inatensi anak ADHD tampak dari kebiasaannya yang tidak pernah bisa diam, sulit memfokuskan perhatian pada satu hal, sering seperti tidak mendengar, sulit mengatur tugas keseharian, sering lupa, menolak tugas (PR atau tugas sekolah, dll). Akibatnya, anak ADHD sering mendapat nilai jelek. 

 "Guru yang tidak mengerti anak ADHD, akan menyebut anak itu sebagai anak yang nakal dan bodoh," kata dr. Nelly, ahli yang menangani beberapa kasus anak ADHD di RS Al Islam. Hal ini karena di kelas, anak ADHD sering membuat onar dan nilai-nilai ulangannya buruk.

 Beberapa ciri spesifik lain yang dapat dikenali, anak ADHD inatensi. Sering tidak dapat memusatkan perhatian, ceroboh, dan sulit mempertahankan perhatian dalam tugas atau aktivitas bermain. Anak ini juga tampak seperti tidak mendengar saat diajak berbicara langsung, tidak mengikuti perintah, dan sering menolak kalau diberi tugas. Perhatiannya lebih sering beralih oleh stimulus luar sehingga ia sering lupa.

 Sedangkan anak hipersensivitas tampak sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki, tidak bisa duduk diam, sering meninggalkan tempat duduk saat di kelas, sering berlari-lari, dan badannya seperti digerakkan oleh mesin. Anak ini juga sering berbicara berlebihan dibandingkan dengan anak seusianya.

Hampir sama dengan itu, anak impulsif dapat dikenali dengan seringnya menjawab sebelum pertanyaan itu selesai diberikan. Ia juga akan sangat sulit dan gelisah kalau harus menunggu giliran. Makanya, si impulsif adalah anak yang sering interupsi, mengganggu, dan nimbrung begitu saja pada saat orang lain sedang berbicara.

Tidak semua anak ADHD mengalami ketiga gangguan tersebut. Adakalanya, anak ADHD hanya mengalami gangguan satu atau dua dari gejala tersebut. Hal itu bergantung pada tipenya. Ada tiga tipe anak ADHD, yakni ADHD campuran (terpenuhi kriteria inatensi dan hiperaktivitas), ADHD predominan adalah ADHD tipe intensi dan ADHD predominan tipe hiperaktif impulsif.

 Diagnosis banding ADHD dapat diamati dengan lebih cermat. Sebab, kemungkinan anak tersebut tidak termasuk ADHD. Akan tetapi, anak yang normal tapi aktif, mengalami stres kronis, gangguan stres pascatrauma, gangguan cemas, depresi, dalam pengaruh stimulasi, mengalami gangguan belajar, atau mengalami gangguan mood dini. "Untuk kepastiannya, perlu penanganan dokter ahli dan psikolog," ungkap dr. Nelly.

 Terapi sembuh 

 Penyembuhan anak ADHD dapat dilakukan dengan terapi perilaku dan pengobatan medik. Beberapa usaha yang dapat dilakukan orang tua di rumah antara lain membuat pengaturan jadwal kegiatan dengan menerapkan sistem yang rutin, reguler, dan repetition (pengulangan). 

 Anak ADHD adalah anak yang sulit dalam mengatur sesuatu. Mereka umumnya tumbuh kembang menjadi anak yang kurang dapat mengatur diri. Lingkunganlah yang dapat membentuk struktur dalam dirinya. Rutinitas sehari-hari yang sangat ketat akan sangat membantu anak ADHD.

 Anak ADHD juga memerlukan adanya pengaturan dalam membantu pemusatan perhatian sehingga anak terhindar dari hal-hal yang bisa mengganggunya. Upayakan tempat belajar serapi mungkin. Tidak ada benda-benda yang dapat memecahkan perhatiannya seperti TV, gambar-gambar, radio, sebaiknya dihindarkan.

 Anak ADHD memerlukan pengaturan waktu bekerja. Meski demikian, usahakan waktu belajarnya singkat. Beri istirahat sejenak, lalu lanjutkan lagi. Cara kerja anak ADHD berbeda dengan anak biasa. Pada umumnya mereka lebih mampu berpikir dengan cara melalui gambar. Malah bila IQ anak tersebut diukur, kemampuannya kemungkinan di atas rata-rata, tetapi nilai yang diperolehnya justru buruk.

 Anak ADHD dapat masuk ke sekolah khusus (ekslusif) atau ke sekolah umum (inklusif) dengan guru pendamping khusus. 

 Selain pola terapi perilaku seperti itu, perkembangan baru dunia medis telah berhasil menyediakan terapi obat untuk penderita ADHD. Terapi ini sebaiknya merupakan bagian dari penanganan multi-model antara edukasi, perilaku, konseling, dan medik. 

 Pengobatan terapi medik seperti ini, kata Nelly, dapat menimbulkan efek samping, antara lain menekan nafsu makan dan gangguan tidur. Namun demikian, cukup efektif untuk 70% kasus yang terjadi. Obat dapat dipakai selama 6-7 bulan. Jika respons terapi membaik, sebaiknya penggunaan tidak diperpanjang. (Eriyanti/"PR") ***

Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=16731

 

Anak Hiperaktif Picu Perceraian

Budi Winoto

 

INILAH.COM, Buffalo Patahnya biduk rumah tangga bisa terjadi karena faktor internal dan eksternal. Sebuah penelitian mengungkap, orang tua yang memiliki anak hiperaktif, berpotensi dua kali lebih besar memicu perceraian.

Adalah William E Pelham, profesor psikologi dan penyakit anak Universitas Buffalo yang menemukannya. Menurutnya, orang tua yang memiliki anak hiperaktif atau menderita attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) berpotensi dua kali lebih besar mengalami perceraian saat anaknya berusia delapan tahun.

Pelham dikenal sebagai pakar penyembuhan hiperaktif. Dia sudah menolong ratusan anak yang menderita ADHD di seluruh AS.

Penelitan itu juga mendapati perkawinan yang menghasilkan anak hiperaktif akan berakhir dengan perceraian lebih cepat dibandingkan yang tidak. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Consulting and Clinical Psychology.

Komponen lain yang diteliti sebagai penyebab tingkat perceraian adalah umur anak saat terdiagnosa, etnis orang tua, tingkat keparahan penyakit anak, tingkat pendidikan orang tua, dan sikap antisosial ayahnya.

"Kami yang pertama kali melakukan penelitian bahwa faktor invidu anak dan orang tua dapat menentukan kapan terjadinya perceraian. Yang pasti kami tidak ingin mengatakan jika memiliki anak hiperaktif bisa dijadikan alasan untuk memutuskan perkawinan atau melakukan perceraian," kata Pelham.

Data untuk penelitian ini dikumpulkan dari sejumlah partisipan yang disebut Pittsburgh ADHD Longitudinal Study (PALS). Penelitian ini mendapat dana dari National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism (NIAAA) dan the National Institute on Drug Abuse (NIDA).

Sebanyak 282 anak kecil dan remaja yang didiagnosa hiperaktif waktu masa kecilnya bersama dengan orang tuanya menjadi responden penelitian. Mereka harus menjalani sejumlah instrumen diagnosa dan menjawab sejumlah pertanyaan serta wawancara pribadi. Tanggal lahir anak dijadikan perhitungan awal kapan akan terjadi perceraian.

Gangguan ADHD dapat terlihat sejak masa kanak-kanak dan bisa dianalisa langsung oleh ahli perkembangan anak (psikolog). Gangguan ini berdampak pada cara anak berpikir, merasa, dan bertindak.

Penyebab ADHD hingga saat ini belum dapat dipastikan. Terdapat berbagai teori tentang penyebab ADHD. Sebuah teori mengasumsikan konsumsi gula atau zat aditif yang berlebihan dalam makanan sebagai penyebabnya. Teori yang lain menyatakan bahwa faktor genetis adalah penyebab utama. Para ahli masih meneliti bagian otak tertentu dan zat-zat yang mempengaruhinya.

Gejala-gejala ADHD dapat ditengarai sejak anak berusia sangat kecil. Pada bayi, gejala yang tampak adalah terlalu banyak bergerak, sering menangis dan pola tidurnya buruk. Selain itu sulit makan dan minum, selalu kehausan, cepat marah atau sering mengalami temper tantrum.

Sedangkan pada anak balita, gejala ADHD yang kerap terlihat adalah sulit berkonsentrasi atau memiliki rentang konsentrasi yang sangat pendek. Selain itu sangat aktif dan selalu bergerak, impulsif, cenderung penakut, memiliki daya ingat yang pendek, terlihat tidak percaya diri, serta memiliki masalah tidur dan sulit makan. Yang menarik, anak hiperkatif biasanya sangat cerdas, namun prestasi belajar tidak pernah prima.

Tidak semua anak yang mengalami ADHD terlihat memiliki gejala. Hal itu sangat tergantung pada tingkat ADHD yang diidap.

ADHD pada anak-anak sudah lama kita kenal, tetapi orang dewasa juga bisa mengidap penyakit ini. Bagi banyak orang dewasa, ADHD bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Pengidap ADHD dewasa tidak bisa dipahami oleh keluarga sendiri, apalagi oleh lingkungan luar. Penderita ini biasanya sering merasa dikucilkan dan dihindari oleh instansi seperti sekolah ataupun tempat kerja.

Penderita ADHD dewasa biasanya sudah menemukan cara untuk bisa hidup normal dalam kehidupan sehari-hari dengan kelainan yang dimiliki. Para penderita ini biasanya mampu menekan kegelisahan yang dihadapi.

Di Belanda, orang dewasa dengan ADHD bisa dikenali, didiagnosa, dan diobati. Banyak pekerja di instansi kesehatan jiwa dilatih untuk dapat mengenali dan mendiagnosa orang dewasa dengan ADHD. Berdasarkan penyelidikan dan pengalaman di rumah sakit, terbukti bahwa pengobatan ADHD pada usia dewasa bisa berhasil, dan mereka bisa berfungsi lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.

Pengidap ADHD yang mengemudikan kendaraan bermotor atau pekerja yang membutuhkan konsentrasi disarankan minum methylfenidaat supaya tidak membahayakan orang lain.

 

Sumber : http://www.inilah.com/berita/gaya-hidup/2008/10/25/57320/anak-hiperaktif-picu-perceraian/

Menghadapi anak balita hiperaktif

Ditulis oleh Ari Darwati

Di dalam lingkungan kita tidak sedikit dan pernah kita jumpai anak seusia balita yang mengalami gangguan aktivitas dan perhatian dengan kata lain mengalami gangguan berupa hiperaktif dan gangguan kurang konsentrasi.

Menurut pendapat dr. Khairina,SpKJ & Dr. Eko Budi Koendhohori, MKes (Al Falah / Pebruari 2009) mengenai Bagaimana Mengajari Anak Hiperaktif. Beliau menyarankan kepada keluarga terdekat khususnya para orang tua dalam mengajari anak Hiperaktif sebaiknya melakukan pembelajaran dengan cara kreatif sambil bermain.

Para orang tua disarankan untuk ikut serta dalam membangun kreatifitas si anak hiperaktif tersebut Misalkan dengan mengajari anak untuk mengerti angka dan huruf dalam bentuk penuangan imajimasi kedalam tehnik mewarnai. Biasanya anak usia balita amat suka dengan pelajaran mewarnai. Selain itu perlu juga dilakukan cara pengembangan bakat sekaligus mengarahkan untuk menemukan bakat si anak hiperaktif tersebut misalkan, renang, olah raga dan bermain.

Anak hiperaktif kerap menyusahkan orang tua dalam merawatnya karena anak seperti itu terlalu banyak gerak. Anak hiperaktif juga cenderung pelupa, kurang teliti , tidak sabaran , bicaranya kasar, suka memukul dan tidak tahan stres alias mudah marah / ngambek. Disinilah peran serta orang tua amat dibutuhkan dalam membina mental anak hiperaktif tersebut agar bisa menjalani hidup seperti anak seusianya. Lakukan cara bijak dan sabar untuk membinanya.

Para orang tua dan pengasuh anak hiperaktif tidak perlu melakukan tindakan keras misalkan memberi cubitan atau sampai dengan tindakan memukul. Karena dikhawatirkan justru makin berdampak negatif bagi mental si anak.

Lalu pertanyaan yang timbul dalam benak kita adalah bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menghadapi anak dalam masa perkembangan seperti itu?

Jangan pelit untuk memberikan pujian kepada anak kita saat ketika dia mampu melakukan suatu tindakan positif sehingga melatih anak untuk menangkap rasa kedekatan dan pujian dari orang terdekat yang dia cintai. Rasa kedekatan tersebut antara anak dengan orang tua akan memacu dan mendorong serta mengarahkan anak kearah yang lebih baik. Itu merupakan modal anak dalam mengungkapkan imajimasinya.

Dalam mengajari anak lakukan sambil bermain, mendengarkan dongeng dimana ada nasehat yang baik untuk anak terutama saat hendak tidur dimana gelombang otak anak sedang tenang. Sekaligus mengarahkan anak untuk belajar membaca mungkin itu lebih efektif dari pada memberi anak hukuman atau omelan yang tidak penting / kata hukuman untuk anak.

Jangan sekali-kali melontarkan kata-kata yang terkesan menyudutkan atau memaksa si anak karena dikhawatirkan justru tanpa disadari akan mendidik anak mempunyai sifat pemberontak.

Pada orang tua yang tidak mengerti dalam menghadapi perkembangan anak yang demikian justru cenderung menilai anak hiperaktif merupakan sosok anak nakal dan sulit diatur. Padahal tidak harus demikian. Jangan paksakan perkembangan anak hiperaktif untuk sama dengan anak seusianya sementara anak hiperaktif memang tidak mampu untuk berlaku seperti anak seusianya? Tidak bisa diam dan konsentrasi.

Sebagai orang tua yang memiliki anak hiperaktif harus menyiapkan mental dalam mengasuh putra atu putrinya. Peran orang tua amat dibutuhkan untuk anak hiperaktif karena anak dengan gangguan aktifitas dan perhatian sulit diasuh orang lain atau pembantu karena secara fitrah hubungan bathin antara orang tua dan anak amat dekat dan itu sudah Allah SWT kodratkan.

Jangan mudah menyerah dan selalu minta petunjuk serta pertolongan Allah SWT. Apapun keadaan anak kita adalah anugrah yang terindah dari Allah SWT dan kita wajib menjaga serta mendidiknya dengan baik. Insya Allah anak pada akhirnya akan bisa dengan kehendak Allah hanya waktunya yang dibutuhkan lebih lama untuk bisa mengerti dibanding anak seusianya. Jangan lelah untuk berdoa dan berikhtiar. Apabila ada kendala yang amat menyulitkan yang tidak bisa teratasi disarankan untuk konsultasi kepada psikolog atau psikiater. Dan semoga kita diberi kekuatan hati untuk selalu ikhlas menerima dan menjalankan kehendak dari Allah SWT. Amin.

 (Original posted by Ari Darwati – TIDAK DILARANG KERAS UNTUK MENYEBARKAN TULISAN INI )

 Sumber : http://www.matabumi.com/cerita/menghadapi-anak-balita-hiperaktif

10 Tips Mendidik Anak Hiperaktif

Menjadi orangtua yang memiliki anak hiperaktif pasti merupakan salah satu tugas yang sangat sulit. Berikut ini beberapa tips yang dapat Anda terapkan dalam usaha menghadapi anak hiperaktif.

  • Ajarkan disiplin pada anak hiperaktif, agar ia dapat mengatur dirinya dengan baik.
  • Jangan menghukumnya karena perilaku hiperaktif bukanlah kesalahan anak Anda.
  • Jangan sekali-kali melabel anak hiperaktif sebagai anak nakal, malas atau bodoh, karena akhirnya ia akan bersikap seperti yang dilabelkan padanya.
  • Keefektifan terapi berbeda-beda bagi tiap anak. Orangtua harus menentukan terapi yang terbaik bagi anak.
  • Yang terpenting berikan kasih sayang (bukan memanjakan) pada anak hiperaktif melebihi saudara lainnya. Alasannya, seberapa banyak kasih sayang yang ditumpahkan pada anak hiperaktif, tidak akan pernah bisa penuh.
  • Dalam mengajari anak Anda yang hiperaktif, jangan bosan untuk terus menerus mengulang hal-hal yang dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak normal.
  • Di depan anak Anda tersebut, katakanlah pada orang lain kalau dia adalah anak yang baik, dan jangan mengomentari kesalahan- kesalahan yang pernah dilakukannya.
  • Secara konstan/terus menerus waspadalah terhadap segala tindakannya yang mungkin dapat membahayakan dirinya atau orang lain.
  • Perbanyak komunikasi dengan anak Anda. Jika pada anak normal kita cenderung berkomunikasi pada saat-saat tertentu, pada anak hiperaktif kita harus berkomunikasi “setiap satu menit sekali”.
  • Salah satu hal tersulit dalam mengatasi anak hiperaktif adalah ketika sedang berada di meja makan dan kita meminta dia makan sendiri. Mungkin dia malah akan memainkan makanannya atau berlari- lari mengelilingi meja makan. Jangan marahi dia! Yang harus Anda lakukan adalah Anda harus menyuapi mereka dengan sabar.

 

Demikian bebarapa tips yang diharapkan dapat membantu Anda. Menghadapi Anda hiperaktif mungkin tidak semudah teori yang kita baca, tapi dengan kesabaran dan didasarkan rasa kasih kita kepada sang anak, kita pasti bisa melakukannya.

 

Sumber:Majalah Intisari, , Edisi November tanggal/tahun 2001, Artikel Tips untuk Orangtua, halaman 63, PT. Intisari Mediatama, Jakarta, 2001.

The Hyperactive Child What the Family Can Do!, Belinda Barnes and Irene Colquhoun, , Artikel Day to Day Management of The Hyperactive Child, halaman 90 – 96, Thorsons Publishers Limited, Northamptonshire.

http://anakislami.wordpress.com/2009/02/26/10-tips-mendidik-anak-hiperaktif/

Jumat, 26 Februari 2010

Anak hiperaktif berbakat menjadi pecandu narkoba?

TEMPO Interaktif, Jakarta -Bila balita Anda tidak bisa diam, kerap agresif terhadap teman-temannya, sebaiknya periksakan dia ke psikolog atau psiakiter anak. Bisa jadi dia tergolong anak yang hiperaktif atau Attention-Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD).

Hiperaktif adalah keadaaan neurologik-perilaku dengan gejala-gejala yang meliputi kurangnya perhatian, perhatiannya mudah beralih, hiperaktifitas, dan gelisah yang berlebihan. "Anak sering melakukan tindakan-tindakan yang bersifat implusif, tanpa memperhatikan situasi," ujar dokter Dharmawan A. Purnama, psikiater dan staf pengajar Universitas Tarumanegara, Jakarta, Selasa lalu.

Majalah New Scientist edisi Juni lalu menyebutkan bahwa anak hiperaktif bertindak kasar dan indispliner karena persepsi mereka tentang waktu yang tidak sempurna. Anak-anak hiperaktif waktu bergerak terlalu lambat dan membosankan.

Dharmawan mencontohkan, bila ada pelajaran di kelas, anak hiperaktif  kerap iseng berjalan-jalan di dalam kelas dan cenderung membuat onar. "Saya pernah menangani anak yang melompat ke meja tulis tempat saya praktek. Ia melakukannya tanpa berpikir."

Psikiater lulusan FKUI 2008 itu Dharmawan memperkirakan sekitar 3 -7 persen dari anak usia-sekolah dan 4 persen orang dewasa di Indonesia menderita ADHD. Dibandingkan anak perempuan, anak lelaki lebih banyak menyandang ADHD dengan perbandingan 3:1.

Biasanya, kata Dharmawan, gejala hiperaktif mulai dikenali saat usia sekolah, meski dapat didiagnosa pada semua umur. Bila dibiarkan anak akan sulit menyesuaikan diri di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari 30 persen anak dengan ADHD mengulang kelas selama setahun di sekolah. Nilai akademis dan pencapaian skor mereka di sekolah seringkali di bawah rata-rata kelas.

Bila tidak ditangani dengan baik, pada usia remajanya anak hiperaktif akan suka mencoba-coba. Penelitian menunjukkan sekitar 75 persen remaja hiperaktif tanpa pengobatan menjadi pecandu narkoba. Sedangkan yang menjalani pengobatan hanya 25 persen yang menyalahgunakan narkoba. "Kecenderungan mereka menjadi pengguna narkoba karena salah satu sifat anak hiperaktif adalah rasa ingin tahunya besar tapi impulsif," tutur Dharmawan.

        Namun, sejauh ini belum ada bukti penyebab biologis dari seorang anak menderita hiperaktif. Kebanyakan penelitian menunjukkan adanya gen hiperaktif diturunkan oleh orang tua. Bila ada riwayat keluarga yang hiperaktif, ada kemungkinan generasi selanjutnya juga hiperaktif. 

Penyebab lain adalah gangguan pada kehamilan. Ibu yang merokok, stres yang ekstrim saat hamil, atau terpapar alkohol. Penyebab lainnya adalah kekurangan oksigen ketika akan melahirkan, sehingga terjadi perlukaan otak akibat trauma. Anak-anak yang lahir prematur pun berisiko hiperaktif.

Menurut Dharmawan penanganan anak dengan hiperaktif bisa dengan pemberian obat yang mengurangi perilaku hiperaktif dan membuatnya lebih fokus. Namun obat tidak menyelesaikan masalah. Terapi perilaku juga diperlukan.

Jika penyebabnya bukan genetik biasanya pemberian obat dan terapi perilaku mulai terlihat hasilnya setelah 2-3 bulan. Namun untuk penyebab genetik bisa lebih lama, bisa setahun. Kalau penanganannya cepat biasanya gejala hiperaktif bisa hilang ketika anak mulai berusia 15-16 tahun. Pilihan untuk menghentikan obat harus dibicarakan dengan dokter, guru, anggota keluarga, dan anak yang bersangkutan. l Irvan Sjafari | www,adhd.or.id, new scientist

 

Tipe Hiperaktif

1.kehilangan konsentrasi -- biasanya terjadi pada anak perempuan

2.hiperaktif perilaku pada - kerap terjadi pada anak lelaki

3.kombinasi antara kehilangan konsentrasi dan hiperaktif perilaku - biasa terjadi pada anak lelaki

 

Tip untuk Orangtua

1. Berikan instruksi yang ringkas. Ingat, mereka sulit fokus dan cepat bosan.

2. Beri contoh berdisiplin. Kalau tidak, mereka akan menilai orangtua tidak konsisten dan hasilnya percuma. Harap diingat, mereka pintar.

 

3. Puji jika berperilaku baik, jangan selalu menghukum. Pujian membuat anak merasa dihargai.

4. Orangtua bisa melakukan latihan sederhana melalui perintah ringkas, tentukan waktu untuk aktifitasnya.

5. Olah raga permainan yang melatih konsentrasi seperti bulu tangkis, basket membantu mereka untuk fokus pada bola. Olah raga bela diri - berikut filosofi dan meditasi - melatih konsentrasi dan ketekunan untuk melalui tingkatan hingga tingkat tertinggi.

6. Permainan kecerdasan seperti menyusun puzzle dapat melatih untuk berkonsentrasi.

7.Menggurangi asupan tinggi kalori seperti coklat, sirup, dan kopi.

  

Sumber: Dharmawan.A. Purnama

http://apvclub.com/forum/index.php?topic=152.0

SEJARAH ADHD

Artikel utama: Sejarah perhatian-deficit hyperactivity disorder 

Hiperaktivitas telah lama menjadi bagian dari kondisi manusia. Sir Alexander Crichton menggambarkan "kegelisahan mental" dalam buku An Inquiry Into The Nature dan Asal Mental penyakit jiwa yang ditulis pada tahun 1798. [191] [192] Terminologi yang digunakan untuk menggambarkan gejala ADHD telah mengalami banyak perubahan soal sejarah, termasuk: " kerusakan otak minimal "," disfungsi otak minimal "(atau gangguan), “belajar / perilaku cacat "dan" hiperaktif ". Dalam DSM-II (1968) itu adalah "Reaksi Hyperkinetic Childhood". Dalam DSM-III "ADD (Attention-Deficit Disorder) dengan atau tanpa hiperaktivitas" diperkenalkan. Pada tahun 1987 ini berubah menjadi ADHD dalam DSM-III-R dan edisi berikutnya. Penggunaan obat-obat perangsang untuk mengobati ADHD pertama kali dijelaskan pada 1937.

 

Masyarakat dan budaya

Media telah melaporkan pada banyak isu-isu yang berkaitan dengan ADHD. Pada tahun 2001 PBS 's Frontline menayangkan sebuah program selama satu jam tentang efek diagnosis dan pengobatan ADHD pada anak di bawah umur, yang berjudul "mengobati anak-anak." Program seleksi termasuk wawancara dengan perwakilan dari berbagai sudut pandang. Dalam satu segmen, berjudul Backlash, pensiunan neurolog Fred Baughman dan Petrus Breggin PBS yang digambarkan sebagai "kritikus vokal yang bersikeras [ADHD adalah] sebuah penipuan yang dilakukan oleh psikiatri dan industri farmasi pada keluarga sabar untuk memahami perilaku anak-anak mereka" diwawancarai pada legitimasi dari gangguan. Russel Barkley dan Xavier Castellanos, maka ADHD kepala penelitian di National Institute of Mental Health (NIMH), membela kelangsungan hidup dari gangguan. Dalam wawancara dengan Castellanos, ia menyatakan bahwa hanya sedikit yang dipahami secara ilmiah. Lawrence Diller diwawancarai pada ADHD bisnis bersama dengan perwakilan dari Shire Plc.

Sejumlah orang terkemuka telah memberikan pendapat yang kontroversial di ADHD. Scientology Tom Cruise 's wawancara dengan Matt Lauer mengawasi secara luas oleh masyarakat. Dalam wawancara ini ia berbicara tentang depresi pasca-melahirkan dan juga disebut Ritalin dan adderall sebagai "obat jalanan" daripada sebagai obat ADHD. Di Inggris Baroness Susan Greenfield, seorang ahli syaraf terkemuka, berbicara secara terbuka tentang perlunya untuk beraneka - mulai penyelidikan di House of Lords ke peningkatan dramatis diagnosis ADHD di Inggris dan kemungkinan penyebabnya berikut tahun 2007 program Panorama BBC yang menyoroti penelitian AS (The multimodal Treatment Study of Anak-anak dengan ADHD oleh University of Buffalo menunjukkan hasil perawatan 600) menyarankan obat-obatan tidak lebih baik daripada bentuk-bentuk lain dari terapi untuk ADHD dalam jangka panjang.

 

Kontroversi

ADHD dan diagnosis dan pengobatan telah dianggap kontroversial sejak tahun 1970-an. Kontroversi telah melibatkan dokter, guru, pembuat kebijakan, orang tua dan media. Pendapat mengenai berkisar ADHD tidak percaya itu ada pada semua untuk percaya ada genetik dan fisiologis dasar untuk kondisi serta perbedaan pendapat tentang penggunaan obat perangsang dalam perawatan. Kebanyakan penyedia layanan kesehatan menerima bahwa ADHD adalah kelainan asli dengan perdebatan dalam komunitas ilmiah keterpusatan terutama di sekitar bagaimana didiagnosis dan diobati.

Lain termasuk yang mungkin berasal dari kesalahpahaman tentang kriteria diagnostik dan bagaimana mereka dimanfaatkan oleh dokter, guru, pembuat kebijakan, orang tua dan media. Perdebatan berkisar sekitar: apakah ADHD merupakan kecacatan atau apakah hanya merupakan deskripsi neurologis, penyebab dari gangguan, perubahan kriteria diagnostik, dan peningkatan yang cepat dalam diagnosis ADHD dan penggunaan obat-obat perangsang untuk mengobati gangguan ini. Beberapa tidak percaya itu ada di semua. jangka panjang kemungkinan efek samping dari stimulan dan kegunaan mereka sebagian besar tidak diketahui karena kurangnya studi jangka panjang. Beberapa penelitian menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas jangka panjang dan efek samping obat yang digunakan untuk mengobati ADHD.

Pada tahun 1998, US National Institutes of Health (NIH) mengeluarkan pernyataan konsensus tentang diagnosis dan pengobatan ADHD. Pernyataan, sementara mengakui bahwa perawatan stimulan kontroversial, mendukung validitas diagnosis ADHD dan stimulan kemanjuran pengobatan. Ini ditemukan kontroversi hanya dalam kekurangan data pada penggunaan jangka panjang obat-obatan, dan kebutuhan untuk lebih banyak penelitian di banyak daerah.

British Psychological Society mengatakan dalam laporan tahun 1997 bahwa para dokter dan psikiater tidak boleh mengikuti contoh Amerika menerapkan label medis seperti perhatian berbagai gangguan yang berkaitan dengan: "Gagasan bahwa anak-anak yang tidak hadir atau yang tidak duduk masih di sekolah memiliki gangguan mental tidak dihibur oleh sebagian besar dokter Inggris. Namun, beberapa tahun kemudian, pada tahun 2009, British Psychological Society, bekerja sama dengan Royal College of Psikiater, merilis satu set panduan untuk diagnosis dan pengobatan ADHD.

 

From Wikipedia, the free encyclopedia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

sumber : http://novenadwirespita.blogspot.com/2010/02/sejarah-adhd.html

Melatih Konsentrasi Anak

Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu, hingga pekerjaan itu dikerjakan dalam waktu tertentu. Pada beberapa anak bisa mengalami kesulitan, kesusahan dan gangguan dalam hal konsentrasi dan atensi yang ia berikan. Banyak pula orangtua yang juga mengeluh dan bingung dalam meningkatkan dan mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi.

Sulit berkonsentrasi, terlebih dahulu harus dilihat apa penyebab anak sulit berkonsentrasi? Banyak para orangtua yang bingung dan kawatir dengan keterangan sekolah dan pihak pengajar mengenai anak yang termasuk hiperaktif dan sulit dalam berkonsentrasi.

Pertanyaan yang harus bisa dijawab terlebih dahulu adalah apakah penyebab anak mengalami gangguan dalam konsentrasi? Bentuk pengajarannya yang tidak menarik dan membosankan ataukah anak memang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.

Gangguan Konsentrasi tergolong ke dalam salah satu jenis gangguan ADHD, singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau dalam bahasa Indonesia Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), suatu kondisi yang juga dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan perhatian).

Gangguan Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Disorder / ADD) adalah suatu pemusatan perhatian yang buruk (singkat) dan sifat impulsif (mengikuti kata hati) yang tidak sesuai dengan usia anak. ADD merupakan suatu masalah dalam pemusatan perhatian, konsentrasi dan ketekunan menjalankan tugas. Anak juga mungkin bersifat impulsif dan hiperaktif.

Contoh bentuk dari masalah ini adalah sering melakukan kesalahan sembrono, tidak mendengarkan dengan baik, tidak mengikuti instruksi, mudah teralihkan, dan mudah lupa dengan aktifitas sehari hari. Dan hal ini terjadi ada pada lebih dari satu situasi misalnya di rumah, sekolah, klinik dan lain lain.

Ibu Nani (nama samaran) mengatakan: “Anakku sebelum menginjak umur 8 tahun punya masalah dengan konsentrasinya tetapi semakin besar aku perhatikan perkembangannya di sekolah maupun lingkungan menjadi suka berpikiran kosong. Itu saya temuin ketika dia les matematika yang mana sering bengong dan tidak membuat jawaban sehingga harus ditegur dan ditegur lagi untuk mengingatkan dia dalam bertugas. Kalau di tempat les bolanya pun dia sering bengong pula. Kira kira solusi apa yang pantas buat anak saya agar dia dapat lebih konsentrasi di sekolahnya. Karena kalau secara omongan kayaknya sudah capek saya memberitahu dia.”

Ada beberapa hal yg bisa Ibu Nani lakukan dalam menangani masalah konsentrasi anak. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mengatasi anak sulit berkonsentrasi :

1. Membuat rules. Jadi, Ibu Nani dan Anak bisa duduk bersama untuk membuat rules yang akan disepakati bersama saat belajar. Misalnya :

a. Sit down properly

b. Look at the teacher (siapa pun gurunya)

b. Listen to the teacher

d. Do your work fast

e. etc (Ibu bisa tambahkan sesuai kondisi anak)

Kemudian tulis rules tersebut, dan tempel di tempat belajarnya di bagian yg mudah terlihat. Dengan demikian, diharapkan nantinya Ibu Nani tidak lagi selalu berteriak untuk mengingatkan, karena rules tersebut diharapkan bisa menjadi “sign” bagi anak tentang perilaku yang harus ditampilkan saat ia belajar. Diharapkan pula, anak bisa menggeneralisasi rules tersebut di sekolah.

2. Membuat “sign” dengan waktu, sehingga anak sadar bahwa dalam mengerjakan tugas ada time limit-nya. Misalnya : dengan menggunakan timer atau stop watch. Bila ia sudah memahami konsep jam, Ibu Nani bisa meletakkan jam weker di dekatnya, dan mengatakan : “Adek punya waktu 30 menit untuk mengerjakan tugas. Sekarang jam 8, jadi jam 8.30 Adek harus sudah bisa menyelesaikan semua tugas itu.”

3. Saat belajar di rumah, Ibu Nani harus membuat simulasi seperti layaknya belajar di sekolah. Jadi, usahakan setting tempat belajarnya juga seperti di kelas (ada papan tulis dan Ibu Nani bisa menuliskan soal soal atau materi belajar dan meminta adek mencatatnya, dan lain lain). Saat mengajarkan juga usahakan seperti guru nya di sekolah (Ibu Nani berjalan-jalan saat menyampaikan materi sehingga kita bisa melihat apakah anak memperhatikan atau tidak), jadi tidak selalu duduk di samping anak.

4. Memecah waktu belajarnya menjadi beberapa kali. Misalnya, waktu belajar yang satu jam, kita pecah menjadi tiga kali dalam satu jam (per 20 menit) dan diselingi dengan istirahat selama lima menit. Bila anak sudah konsisten dengan waktu 20 menit, maka bisa kita tambah waktu belajarnya menjadi 30 menit, dan seterusnya. (Maesyaroh, Fajriati : Psikologi Bunga Matahari)

Perlu di perhatikan, semuanya akan membutuhkan usaha maksimal, konsistensi, kesabaran dan do’a dari kita. Proses ini akan sangat panjang dan lama. Untuk melatih konsentrasi anak bisa dilakukan cara mudah berikut ini:

  • .Menjumput (menggunakan jempol dan telunjuk) butiran beras atau kacang merah sambil menghitung jumlahnya, selain melatih konsentrasi juga melatih motorik halus anak….

 

  • Memindahkan air dari mangkuk/baskom kedalam botol dgn menggunakan tutup botol tsb. dilakukan dgn tangan kanan dan kiri secara bergantian.

 

  • Bermain Puzzle juga diyakini dapat meningkatkan konsentrasi dan memori anak.Kotak susu bekas dapat dibuat menjadi puzzle sederhana.

 

  • .Menyusun balok bisa juga dilakukan. Menyusun balok secara horisontal keatas maupun vertikal dalam bentuk barisan.

 

  • Berenang, terutama dengan gaya bebas juga merupakan olahraga yg baik untuk anak, karena berenang bisa menstimulasi indera2 sensoris, melatih konsentrasi, juga menstimulasi otak kanan dan kiri (pada gerakan gaya bebas).

Semua kegiatan diatas dapat di barengi dengan sebuah pemberian hadiah, pujian atau pemberian yang ia suka agar ada timbal balik dan motivasi dari apa yang telah ia lakukan. Kegiatan diatas juga bisa digunakan dalam bentuk permainan bagi anak. Sebelumnya dilihat dulu mana mana dari poin diatas yang bisa di lakukan oleh anak.

Sumber : http://www.psikologizone.com/melatih-konsentrasi-anak